Sabtu, 29 Desember 2012

Mulianya Urusan Seorang Mukmin

Bismillah artikel yang sangat jleb-jleb

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S Al ‘Ankabuut:2)
Dari petikan salah satu ayat Al Qur’an dari surat Al ‘Ankabuut ayat dua di atas, apa yang bisa kita ambil pelajaran darinya? Ya benar, bahwa sebagai hamba Alloh kita pasti tidak akan terlepas dari yang namanya ujian. Ujian ini banyak macamnya, entah itu ujian kehidupan, ujian di sekolah/perkuliahan, dan yang lainnya. Alloh Swt tentunya memberikan ujian tersebut bukanlah tanpa maksud. Hendaknya dari setiap ujian yang menimpa kita, kita dapat mengambil pelajaran darinya. Bukannya malah sibuk menggerutu dan mencela. Apalagi kita sebagai orang yang beriman, tentu Alloh Swt tidak akan membiarkan hambaNya yang telah mengaku beriman lantas tidak diuji keimanannya. 
Ketika kita sakit, apakah lantas kita bersabar dengannya. Saat kita tak punya cukup harta layaknya orang lain, masihkah kita bersabar. Melihat orang lain sukses, sedangkan diri kita tak henti-hentinya ditimpa kemalangan versi kita apakah iman kita tak pudar olehnya. Justru ketika kenikmatan-kenikmatan yang ada dicabut, barulah kita bisa merasakan betapa manisnya kenikmatan yang telah Alloh berikan pada kita selama ini. Ya, kuncinya adalah sabar dan syukur. Saat mendapat kenikmatan kita bersyukur, dan saat mendapat ujian/cobaan kita bersabar. Coba kita lihat sejenak lanjutan ayat di atas :
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ” (Q.S Al ‘Ankabuut:3)
Nah, ternyata jawabannya ada di ayat yang selanjutnya kan. Bahwa Alloh menguji kita untuk mengetahui siapa orang-orang yang benar keimanannya serta siapa orang yang berdusta dalam keimanannya. Dalam sebuah hadist yang afwan saya lupa perawinya, yang pada intinya “Sungguh mulia urusan seorang mukmin itu. Saat mendapat kenikmatan ia bersyukur. Dan saat mendapat musibah ia senantiasa bersabar”. Yuk saling mengoreksi diri masing-masing, apakah kita sudah benar-benar beriman? Banyak sekali cerita-cerita inspiratif dari Rasulullah SAW dan para shahabatnya yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kesabaran mereka saat awal-awal berdakwah di kota Mekkah. Mereka bersabar saat dilempari batu, dilempari kotoran. Bahkan salah satu shahabat, yaitu Bilal bin Rabbah r.a sampai begitu kuat kesabarannya padahal ia dijemur di tengah padang pasir di siang hari dengan ditindih batu di atas dadanya. Ia dipaksa untuk mengingkari risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun ia tetap teguh dengan pendiriannya, yang terlontar dari mulutnya adalah “Ahadun Ahad!”. Sungguh kesabaran yang luar biasa.
Kita ingat juga banyak shahabat yang mendapat kenikmatan harta yang berkecukupan, seperti Ustman bin Affan dan  Abdurahman bin Auf. Dan mereka senantiasa bersyukur pada Alloh Swt atas kenikmatan yang didapat. Sebagai penutup mari kita simak ayat berikut :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Q.S Al Baqarah:286)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar