Bismillah artikel yang sangat jleb-jleb
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S
Al ‘Ankabuut:2)
Dari petikan salah satu ayat Al Qur’an dari surat Al ‘Ankabuut ayat
dua di atas, apa yang bisa kita ambil pelajaran darinya? Ya benar, bahwa
sebagai hamba Alloh kita pasti tidak akan terlepas dari yang namanya
ujian. Ujian ini banyak macamnya, entah itu ujian kehidupan, ujian di
sekolah/perkuliahan, dan yang lainnya. Alloh Swt tentunya memberikan
ujian tersebut bukanlah tanpa maksud. Hendaknya dari setiap ujian yang
menimpa kita, kita dapat mengambil pelajaran darinya. Bukannya malah
sibuk menggerutu dan mencela. Apalagi kita sebagai orang yang beriman,
tentu Alloh Swt tidak akan membiarkan hambaNya yang telah mengaku
beriman lantas tidak diuji keimanannya.
Ketika kita sakit, apakah lantas kita bersabar dengannya. Saat kita
tak punya cukup harta layaknya orang lain, masihkah kita bersabar.
Melihat orang lain sukses, sedangkan diri kita tak henti-hentinya
ditimpa kemalangan versi kita apakah iman kita tak pudar olehnya. Justru
ketika kenikmatan-kenikmatan yang ada dicabut, barulah kita bisa
merasakan betapa manisnya kenikmatan yang telah Alloh berikan pada kita
selama ini. Ya, kuncinya adalah sabar dan syukur. Saat mendapat
kenikmatan kita bersyukur, dan saat mendapat ujian/cobaan kita bersabar.
Coba kita lihat sejenak lanjutan ayat di atas :
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ” (Q.S Al
‘Ankabuut:3)
Nah, ternyata jawabannya ada di ayat yang selanjutnya kan. Bahwa
Alloh menguji kita untuk mengetahui siapa orang-orang yang benar
keimanannya serta siapa orang yang berdusta dalam keimanannya. Dalam
sebuah hadist yang afwan saya lupa perawinya, yang pada intinya “Sungguh
mulia urusan seorang mukmin itu. Saat mendapat kenikmatan ia bersyukur.
Dan saat mendapat musibah ia senantiasa bersabar”. Yuk saling
mengoreksi diri masing-masing, apakah kita sudah benar-benar beriman?
Banyak sekali cerita-cerita inspiratif dari Rasulullah SAW dan para
shahabatnya yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana kesabaran mereka saat awal-awal berdakwah di kota Mekkah.
Mereka bersabar saat dilempari batu, dilempari kotoran. Bahkan salah
satu shahabat, yaitu Bilal bin Rabbah r.a sampai begitu kuat
kesabarannya padahal ia dijemur di tengah padang pasir di siang hari
dengan ditindih batu di atas dadanya. Ia dipaksa untuk mengingkari
risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun ia tetap teguh dengan
pendiriannya, yang terlontar dari mulutnya adalah “Ahadun Ahad!”.
Sungguh kesabaran yang luar biasa.
Kita ingat juga banyak shahabat yang mendapat kenikmatan harta yang
berkecukupan, seperti Ustman bin Affan dan Abdurahman bin Auf. Dan
mereka senantiasa bersyukur pada Alloh Swt atas kenikmatan yang didapat.
Sebagai penutup mari kita simak ayat berikut :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka
berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir.” (Q.S Al Baqarah:286)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar