Rabu, 18 Januari 2012

Obesitas

Bismillahirrahmanirrahim

Tulisan ini saya ambil dari materi kuliah salah satu dosen di FK UNS pada blok Metabolisme yaitu Dr. Sugiarto dr, SpPD,FINASIM

Kegemukan atau obesitas merupakan salah satu petanda adanya penyakit. Data epidemiologi menunjukkan bahwa obesitas menimbulkan berbagai macam komplikasi dan penyakit degenerative. Obesitas terjadi akibat keseimbangan energy positif, artinya masukan kalori melebihi pengeluaran kalori tubuh.

Definisi
Obesitas adalah suatu kondisi metabolik kronik yang mempunyai peran penting dalam kesehatan masyarakat. Pada dewasa obesitas didefenisikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) > 30 kg/m2 (IMT = berat badan (kg)/tinggi badan2 (m2)). Normal = 20-25 kg/m2  ; berlebih = 25-30 kg/m2  ; obesitas > 30 kg/m2 .
Cara yang paling baik untuk memperkirakan obesitas pada praktis klinik adalah dengan mengukur lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang merupakan cara untuk mengetahui kelebihan lemak pada abdominal, yang berhubungan dengan faktor resiko metabolik. Lemak abdominal terdapat pada dua tempat yaitu subkutan dan viseral. Lemak viseral terdapat pada omentum dan mesenterium. Beberapa peneliti mempercayai bahwa lemak viseral atau obesitas viseral lebih kuat berhubungan dengan faktor risiko metabolik dari pada ditempat lain.

Etiologi
    Berat badan seseorang ditentukan oleh keseimbangan masukan kalori dan energi ekspenditur. Jika masukan kalori melebihi dari pembakaran atau metabolisme mengakibatkan peningkatan berat badan. Kelebihan energi dalam tubuh manusia disimpan dalam jaringan adiposity atau jaringan lemak tubuh. Umumnya penyebab tersering adalah kelebihan masukan makan dan kurangnya aktifitas fisik.  Obesitas merupakan penyakit kronik yang disebabkan multifaktorial sebagai interaksi antara factor genetic, lingkungan, perilaku, cultural dan metabolic.
Beberapa factor yang berkontribusi terhadap obesitas adalah :
1.Genetik         :
Efek genetic bersifat kompleks dan poligenik dengan kemungkinan diturunkan 20-40%.  Factor genetic mempunyai peran terhadap metabolism basal, distribusi lemak tubuh dan respon terhadap kenaikan berat badan. Obesitas biasanya berhubungan dengan mutasi dari gen leptin dan PPAR-.  Contoh gen yang menyebabkan obesitas adalah leptin defisiensi. Leptin merupakan hormone yang diproduksi oleh adiposit dan placenta. Leptin mengontrol berat badan melaui rangsangan otak terhadap rangsang makan. Jika seseorang di dalam tubuh tidak cukup leptin atau rangsangan leptin terhadap otak kurang, mengakibatkan control terhadap rasa lapar terhambat, selanjutnya mengakibatkan obesitas. Obesitas lebih sering terjadi bila salah satu atau kedua orang tuanya obese.

2.Kelebihan makan :
kelebihan makanan menyebabkan peningkatan berat badan terutama jika diit tinggi lemak. Makanan tinggi lemak atau gula (seperti fast food, fried food dan sweets ) mempunyai densitas tinggi( makanan-makanan yang mempunyai sedikit kalori, tetapi jumlahnya banyak). Penelitian epedemiologi memperlihatkan bahwa diit tinggi lemak berkontribusi terhadap peningkatan berat badan.

3.Diit tinggi karbohidrat sederhana :
Peranan karbohidarat terhadap peningkatan berat badan tidak jelas. Karbohidrat meningkatkan kadar glukosa darah, selanjutnya merangsang pelepasan insulin oleh pancreas dan insulin memacu pertumbuhan jaringan adiposity dan menyebabkan peningkatan berat badan. Karbohidrat sederhana seperti glukosa, fruktosa, desserts, soft drink, beer, wine dll, berkontribusi terhadap peningkatan berat badan dan lebih banyak dilepaskan insulin dari pada makanan yang mengandung karbohidrat komplek. Peningkatan insulin atau hiperinsulinemia berperan terhadap peningkatan berat badan.

4.Frekuensi makan :
Hubungan antara frekuensi makan dan berat badan masih kontroversi. Beberapa laporan bahwa orang dengan overweight frekuensi makan kurang dibanding orang dengan berat badan normal. Beberapa ahli mengamati orang yang makan sehari antara 4 sampai 5 kali sehari , mempunyai kadar kolesterol dan glukosa lebih rendah dari pada orang yang makan 2 atau 3 kali sehari.

5.Metabolisme rendah:
Wanita mempunyai otot lebih sedikit dari pada laki-laki. Hasil metabolisme otot lebih banyak menghasilkan kalori dari pada jaringan lain seperti jaringan adiposity. Akibatnya pada wanita metabolisme lebih rendah dari pada laki-laki, selanjutnya kecenderungan terjadi peningkatan berat badan lebih banyak.

6.Kurangnya aktifitas fisik :
seseorang yang diam metabolismenya lebih rendah dari pada seseorang yang aktifitas. Survey dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) memperlihatkan bahwa inaktifitas berkorelasi kuat terhadap peningkatan berat badan.

7.Obat-obatan :
obat-obatan yang berhubungan dengan peningkatan berat badan adalah antidepresan, antikonvulsi, anti diabetic (insulin, sulfonylurea dan thiazolidinediones), kontrasepsi oral, kortikosteroid, antihipertensi dan anti histamine.

8.Lingkungan        :
Lingkungan berperan terhadap peningkatan prevalensi obesitas yang disebabkan oleh penurunan energi dan perubahan pola hidup terutama  yang berhubungan dengan makanan yang mengandung lemak tinggi, tinggi kalori, serta jarang berolahraga. Peningakatan prevalensi obesitas dalam suatu penelitian berhubungan dengan kekerapan melihat televisi. Masukan makanan dan aktivitas fisik sangat berperan terhadap peningkatan obesitas pada dewasa.

9.Neuroendokrin     :
neuropeptida Y (hormone hipotalamus yang merangsang nafsu makan) dan leptin (hormon peptide yang disintesa di jaringan lemak yang bekerja di hipotalamus untuk menekan asupan makanan dan pengeluaran energi) , bekerja sama dengan neurotransmitter lain, mengatur keseimbangan energi. Mutasi dari reseptor dan transmitter berhubungan dengan obesitas pada tikus percobaan dan beberapa kasus obesitas berat yang jarang pada manusia.

10.Factor psikologi :
Geajala stres seperti cemas, depresi, distress, sekresi kortisol akan mempengaruhi kebiasaan makan dan mengakibatkan overweight dan obesitas.

Patofisiologi

Obesitas terjadi akibat ketidak seimbangan antara metabolism dan penyimpanan lemak tubuh, Organ utama yang mengatur system tersebut adalah otak.  Otak mengatur bagaimana siknal sirkulasi yang berhubungan dengan ukuran masa lemak ( siknal adiposity) yang diitegrasikan dengan siknal dari system gastro intestinal (siknal kenyang ) terhadap control homeostasis energy. Siknal adiposity masuk ke otak pada tingkat hypothalamus. Siknal neural dari system gastrointestinal dan liver menginformasikan makanan yang masuk. Selanjutnya siknal kenyang dikirim ke otak. Otak menerima respon dari siknal hormonal melalui jalur neuropeptide, selanjutnya memberikan keluaran langsung ke homeostasis energy. Termasuk aktivasi neuroendokrin, kebiasaan motorik dan aktifitas  autonom.

Jaringan adiposit merupakan organ endokrin, eksokrin dan autokrine yang mengatur proses proses fisiologi dan patologis. Stress organ reticulum endoplasmic berperan terhadap metabolisme dan disfungsi adiposit. Stress reticulum endoplasmic menyebabkan ketidak seimbangan adipositokin yang disekresi oleh adiposity. Jaringan adiposity mensekresi beberapa bahan aktif yang disebut adipositokin.   Bahan aktif yang disekresi oleh adiposity adalah leptin, adipsin, adiponectin, resistin, tumor necrosis factor-  (TNF- ), transforming growth factor-T(GF-), vascular endothelial growth factor (VEGF), Interleukin-6 (IL-6), angiotensinogen, apoliproprotein-E, plasminogen activating inhibitor-1 (PAI-1), tissue factor dll. Bahan bahan bioaktif inilah yang menentukan patofisiologi terhadap beberapa penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

Adipokine mempunyai peran terhadap resistensi insulin, produksi lipoprotein liver dan inflamasi vaskuler. Hormone leptin dan adiponectin oleh adiposity berhubungan dengan peningkatan subinflamasi kronik terutama berperan terhadap komplikasi resistensi insulin dan kardiovaskuler. Adiponectin dan leptin merupakan biomaker terhadap prediksi baik terhadap kejadian dan keberhasilan intervensi terhadap penyakit kardiovaskuler. Kadar adiponectin menurun pada diebetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler, sebaliknya leptin kadarnya meningktan pada kedua penyakit tersebut. Peningkatan kadar leptin berhubungan dengan pembentukan atherosklerosis, sehingga pemeriksaan terhadap leptin dapat dipakai sebagai prediksi terhadap penyakit kardiovaskuler.
Disfungsi jaringan adiposit berperan terhadap resistensi insulin yang diakibatkan oleh hipertropi dan hiperplasi adiposity, kurangnya aliran darah, hipoksia, inflamasi dan infiltrasi makrofag pada jaringan adiposity.

Jalur molekuler yang mengatur obesitas
Gen obesitas yang mengatur sistem fisiologi terhadap peningkatan berat badan adalah :
1.    Hormon leptin.
Leptin merupakan salah satu hormon yang disekresi oleh jaringan lemak atau adiposit yang berefek pada jaringan sistem saraf pusat yang mengatur pola makan dan keseimbangan energi tubuh. Dalam keadan normal leptin menghambat nafsu makan dengan menekan neuropeptide Y. Peningkatan leptin akan meningkatkan nafsu makan sehingga meningkatkan energi ekspenditur yang akan meningkatkan timbunan lemak viseral.
a.    Merupakan hormon yang diproduksi oleh jaringan adiposit
b.    Merupakan gen yang mengatur neuropeptide.
c.  Neurotransmitters neuropeptide Y yang merangsang masukan makanan  dan melanocyte stimulating hormon menurunkan masukan makanan.
2.    Peroxisome proliferator activated receptor- (PPAR-).
       Merupakan gen yang mengatur thermoregulasi
3.    Ghrelin.
a.    Merupakan gen yang meningkatkan berat badan.
b.    Hormon ini disintesis oleh gaster yang merangasang masukan makanan pada manusia.
c.    Dalam keadaan normal  hormon ini didalam palsma meningkat setelah puasa dan menurun setelah diberi makan.

Penilaian pasien obesitas
    Untuk menilai status obesitas diukur dengan menghitung body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT). BMI antara 25,9 – 29 disebut overweight, sebaliknya BMI ≥ 30 disebut obese. IMT berhubungan dengan lemak tubuh. Beberapa metode untum menilai lemak tubuh adalah dengan mengukur ketebalan kulit, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang / panggul, under water weighing, DEXA ( Dual energy X ray absorptiometry), BIA ( Bioelectric Impedance analysis ) ultrasonografi, computed tomografi dan magnetic resonace imaging (MRI).
Penilaian klinis pada pasien obesitas meliputi    :
•    Memastikan obesitas dengan menghitung IMT dan menilai pola distribusi lemak tubuh: obesitas setripetal (rasio pinggang/panggul , > 0,9 pada wanita, > 1,0 pada pria) berhubungan dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
•    Perjalanan obesitas menurut waktu: apakah obesitas baru terjadi atau sudah lama, pernah atau tudaknya dilakukan tindakan terapi untuk obesitas dan riwayat keluarga. Penjelasan obesitas juga bisa didapatkan dengan mengetahui kebiasaan makan dan aktivitas fisik.
•    Penyebab sekunder: sangat jarang tapi harus dicari jika baru-baru ini (kurang beberapa tahun lalu) pernah ada kenaikan berat badan tanpa penyebab yang jelas, dan/ atau jika ada tanda fisik atau hasil tes biokimiawi yang abnormal. Penyebab timbulnya obesitas di antaranya adalah sindrom Cushing ( kortisol bebas dalam urin 24 jam), hipotiroidisme (TSH), gangguan hipotalamus (nafsu makan tidak terkendali), sindrom Prader-Willi (delesi lengan panjang dari kromosom 15, menyebabkan hipogonadisme dan obesitas) atau sindrom Lawrence-Moon-Biedl.
•    Penilaian risiko kardiovaskular keseluruhan: dari glukosa puasa profil lipid serta adanya kelainan vascular.

Pemeriksaan klinis obesitas
1. Pemeriksaan fisik
•    Status gizi ( berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang)
•    Tekanan darah.
•    Kardiovaskuler.
•    Respirasi.
•    Gastrointestinal.
•    Musculoskeletal.
•    Kulit.
•    Endokrin dan metabolic.

2. Pemeriksaan laboratorium.
•    Darah rutin.
•    Glukosa puasa.
•    Profil lipid ( kolesterol total, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, trigliserid).
•    Asam urat.
•    Serum TSH dan FT4.
•    Free cortisol urin 24 jam.
•    Elektrokardiografi dan rongent thorak.
•    Tes fungsi respirasi.
•    Plasma leptin.

Beberapa risiko obesitas adalah :
1.    Gangguan Metabolic:
Resistensi insulin dan hiperinsulinemia merupakan gannguan metabolik akibat obesitas. Insulin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pancreas. Insulin mempunyai fungsi untuk tranport glukosa darah ke dalam sel-sel otot, jaringan adiposit, sel hepar. Insulin juga mempunyai reseptor di setiap sel pada tubuh manusia. Resistensi insulin terjadi bila kemampuan reseptor insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel mengalami hambatan, sebagai akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa didalam darah atau hiperglikemia. Pada obsitas dalam jangka pajang dapat menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin pada penderita obesitas dalam perjalanan penyakit akan mengakibatkan terjadinya penyakit prediabetes, sindroma metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. Hiperinsulinemia merupakan mekanisme kompensasi akibat peningkatan glukosa darah pada obesitas. Hiperinsulinemia terjadi untuk mempertahankan kadar glukosa darah supaya dalam ukuran normal. Apabila mekanisme kompensasi mengalami kekelahan maka terjadi penurunan insulin sehingga terjadi defisiensi insulin yang mengakibatkan menjadi kurus.
2.    Risiko penyakit jantung koroner :
Atherosklerosis merupakan faktor yang berperan penting terhadap penyakit jantung koroner. Adanya atherosklerosis pada pembuluh darah jantung berakibat terjadinya serangan jantung mendadak. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya atherosklerosis. Serangan jantung atau penyakit jantung iskemik (risiko meningkat empat kali lipat jika IMT > 29, penelitian Finnish memperlihatkan bahwa setiap kenaikan 1 kg  risiko kematian meningkat 1 % ).

3.    Masalah fisik: osteoarthritis ( penyakit degeneratif), gout atau gout arthritis, varises pada vena, hernia (baik hernia hiatus maupun abdominal), hipoventilasi (apnea obstruktif saat tidur [OSA]), komplikasi akibat operasi.
4.    Risiko penyakit kanker:  payudara ( lemak merupakan jaringan yang memproduksi estrogen, paparan jangka panjang terhadap estrogen meningkatkan risiko kanker payudara), ovarium, endometrium, prostate, serviks, kolon dan empedu.


PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksaan obesitas adalah keseimbangan energi menjadi negatif untuk menurunkan berat badan dan memelihara penurunan berat badan yang rendah selamanya. Keberhasilan penurunan berat badan menurut WHO adalah jika terjadi penurunan berat badan sebesar 5-15 % dari berat badan semula. Keberhasilan awal dapat diperlihatkan jika terjadi penurunan berat badan sebesar 10% selama 6 bulan pertama.
Keberhasilan dapat tercapai bila terdapat kepatuhan penderita tentang memelihara diit, aktivitas fisik dan terapi. Pendekatan untuk penatalaksaan obesitas meliputi : diit, aktivitas fisik, terapi obat dan pembedahan. Perubahan gaya hidup yang mencakup mengurangi alkohol, olahraga, dan terutama berhenti merokok juga berperan terhadap keberhasilan terapi.

A.Pendekatan Diit.
    Pengurangan asupan kalori antara 500-600 kcal/ hari dari 2100-2520 kcal/hari dapat menurunkan berat badan 0,5- 1 kg/minggu. Diit yang dianjurkan adalah diit rendah kalori dan rendah lemak.

Diit rendah kalori.
    Beberapa penelitian membuktikan bahwa keberhasilan penurunan berat badan berhubungan dengan retriksi masukan kalori dan bukan komposisi makronutrien. Dalam beberapa uji klinik pada obesitas didapatkan bahwa penurunan berat badan sebesar 8%  terjadi antara 3 -12 bulan dibandingkan kontrol. Penurunan kalori 400-500 kcla/hari dari 1680-2100 kcl/hari  akan menurunkan berat badan.

Diit rendah lemak.
    Retriksi masukan lemak mempunyai arti penting terhadap densitas energi dan total masukan energi. Beberpa uji klinik memperlihatkan penurunan berat badan sebesar 1,6 g/hari disebabkan oleh penurunan energi yang berasal dari lemak. Penurunan berat badan lebih sedikit pada diit rendah lemak sebesar 100-200 g/minggu dibanding 300-700 g/minggu.

B.Aktivitas fisik.
    Peningkatan aktivitas fisik pada pasien dewasa overweight dan obese meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan menurunkan resiko penyakit kardoivaskuler. Aktivitas fisik merupakan terapi tambahan untuk membantu penurunan dan memelihara berat badan bersama terapi diit.
    Kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting dalam timbulnya obesitas.  Penurunan aktivitas fisik menyebabkan rendahnya tingkat kesegaran jasmani dengan berkurangnya kekuatan, tenaga aerobik dan ketrampilan atletik. Obesitas terjadi akibat masukan energi melebihi penggunaan energi untuk kepentingan metabolisme dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat diukur dengan dengan berbagai cara seperti doubly labeled water (DLW), kalorimetri indirek, monitoring denyut nadi (Heart rate), pedometer, akselerometer,  observasi langsung dan pengukur dengan adolecent physical activity questionnaire. Aktivitas fisik terutama latihan dapat memperbaiki kelenturan, kekuatan otot,daya tahan otot dan kesegaran kardiorespirasi.
    Aktivitas fisk akan mengubah komposisi tubuh yaitu menurunkan lemak tubuh baik total dan viseral serta meningkatkan masa tubuh tanpa lemak. Olah raga intensif selama 10 bulan dan pengatutan diit akan menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan kesegaran jasmani.

C.Medikamentosa.
    Pasien dengan body mass index 30 kg/m2 berhubungan dengan komplikasi yang berhubungan dengan obesitas. Penatalaksanaan obesitas merupakan bagian dari diit dan aktivitas fisik. Respon terapi terhadap obat bervariasi. Jika terapi pada 4 minggu pertama tidak ada respon, disarankan obat jangan diteruskan. Semua obat harus dilanjutan hanya jika terdapat penurunan berat badan 0,5 kg/minggu. Kebanyakan obat hanya bekerja sementara.
Obat obat yang direkomendasikan oleh NICE (National Institute of Clinical Excellence ) adalah orlistat dan sibutramine. Orlistat menghambat lipase lambung dan pankreas, serta mengurangi absorpsi lemak. Dalam suatu penelitian terapi orlistat bersama perubahan polahidup selama 4 tahun dapat menurunkan berat badan, kejadian diabetes dan penyakit kardiovaskuler dibanding perubahan pola hidup saja. d Sibutramin (serotonin dan inhibitor ambilan-kembali noradrenalin) mempercepat rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan. Sibutramin selain dapat menurunkan berat badan ternyata dapat memperbaiki profil lemak( triglisrerid, VLDL-kolesterol dan HDL-kolesterol). Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoksetin dosis tinggi bisa membantu dengan efektif. Derivat amfetamin (dexfenfluramin, fenfluramin) dapat menekan nafsu makan, tapi telah ditarik dari peredaran karena efek samping (valvulopati jantung).  Pemakaian dua obat kombinasi tidak direkomendasikan.

D.Pembedahan.
Pembedahan terkadang diperlukan jika terapi diit, aktivitas fisik dan medikamentosa tidak berhasil. Pembedahan yang biasa dilakukan adalah gastric bypass, vertical banded gastroplasty dan gastric banding. Dibandingkan dengan terapi yang lain tidakan pembedaan cukup menghasilkan penurunan berat badan yang lama. Keberhasilan pembedahan sekitar 50%.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar