Rabu, 18 Januari 2012

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Bismillahirrahmanirrahim

Berikut ini adalah kumpulan informasi mengenai hipertensi dari beberapa sumber:

Tekanan Darah
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
Setelah mengetahui tekanan darah, pasti Anda ingin mengetahui apakah tekanan darah Anda termasuk rendah, normal atau tinggi.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII [1]
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Etiologi Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1 Faktor Genetik
Menurut Muhummadun (2010), faktor genetik mempunyai hubungan dengan terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi pada orang-orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita hipertensi. Seseorang dengan orangtua yang menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi (Anindya, 2009). Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi (swebee.com, 2009)

2 Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gaya hidup yang kurang baik misalnya:
 
a. Mengkonsumsi Makanan Tinggi Lemak & Kolestrol
Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan kolesterol dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah (Muhummadun, 2010). Penimbunan lemak tersebut akan menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar dan menyempitkan aliran pembuluh darah tersebut (Muhummadun, 2010). Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).
 
b. Obesitas
Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh (Muhummadun, 2010). Ini berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah dengan kata lain tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).
 
c. Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi (Sheps, 2002). Apabila saraf pusat terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula (Muhummadun, 2010). Pada seseorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi (Muhummadun, 2010).
Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah (Sheps, 2002). Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup (Muhummadun, 2010). Akibatnya tekanan darah jadi meningkat.
 
e. Merokok
Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hal ini disebabkan karena rokok banyak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida (Muhummadun, 2010). Nikotin merangsang sekresi hormon adrenalin yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah (Muhummadun, 2010).
 
f. Tingginya Asupan garam
Mengkonsumsi garam secara berlebihan (5 -15 gram/hari) dapat meningkatkan tekanan darah (Muhummadun, 2010). Pengaruh asupan garam terhadap tekanan darah tinggi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).
Garam menarik cairan di luar sel agar tidak keluar (Sheps, 2002). Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Penumpukan cairan ini akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Muhummadun, 2010).
 
g. Kurang olahraga
Kurang olah raga dan bergerak bias menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat (swebee.com, 2009). Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah (Sheps, 2002). Aktifitas fisik dapat membuat jantung lebih kuat (Sheps, 2002). Jantung mampu memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha (Sheps, 2002). Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah maka makin sedikit pula beban tekanan pada arteri (Muhummadun, 2002).
 
h. Faktor Usia
Pada usia yang semakin tua, pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah (Muhummadun, 2010). Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat (Muhummadun, 2010).
Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2010). Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah (Muhummadun, 2010).
Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang (Muhummadun, 2010). Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar (Asdie, 2000). Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Sehingga tekanan di pembuluh darah meningkat (Muhummadun, 2010).
 
i. Faktor Psikis
Faktor psikis, misalnya stress. Pada saat stress seseorang akan merasa cemas dan mudah marah (Muhummadun, 2010). Saat stress tubuh melepaskan hormon catecholamine. Hormon ini berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dan pembuluh darah sehingga tekanan darah akan meningkat (Muhummadun, 2010).
Pada saat keadaan stress, saraf simpatis juga merangsang pengeluaran hormon adrenalin (Sheps, 2010). Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi (Muhummadun, 2010). Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

Patofisiologi Tekanan Darah Tinggi
Mekanisme terjadinya hipertensi di dalam tubuh dikendalikan oleh baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh, system rennin-angiotensin dan autoregulasi (Anindya, 2009). Berdasarkan penjelasan tentang etiologi hipertensi atau tekanan darah tinggi, hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti obesitas, kurang olah raga, keturunan, konsumsi garam yang berlebih, makanan yang berlemak dan kolesterol tinggi, alkohol, merokok, penyakit ginjal, penggunaan obat-obatan dan kelainan hormonal (Setiawati & Bustami, 2005)
Seseorang dalam keadaan seperti diatas tersebut akan merangsang pelepasan hormon rennin dan angiotensinogen (Muhummadun, 2010). Rennin diproduksi oleh ginjal. Angiotensinogen merupakan protein yang tidak aktif di dalam darah dan diproduksi di hati. Rennin bertemu dengan angiotensinogen akan diubah menjadi angiotensin I (Muhummadun, 2010).
ACE (Angitensin Converting Enzyme) yang terdapat di paru-paru, memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah (Muhummadun, 2010). Angitensin I oleh ACE diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki kunci peranan penting dalam menaikkan tekanan darah (Asdie, 2010).
Angiotensin II menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal (Muhummadun, 2010). Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Aldosteron berfungsi mengatur keseimbangan volume cairan dalam tubuh (Muhummadun, 2010). Aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl untuk mengatur volume cairan ekstra seluler. Aldosteron akan mereabsorpsi NaCl dari tubulus ginjal sehingga konsentrasi NaCl meningkat (Muhummadun, 2010)
Angiotensin II juga meningkatkan sekresi antidiuretik hormone (ADH). ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar puitari). ADH bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin (Muhummadun, 2010). Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis). Urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya (Asdie, 2010).
Konsentrasi NaCl dan osmolalitas urin yang meningkat akan diencerkan (Muhummadun, 2010). Volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat. Volume darah meningkat, tekanan darah juga akan meningkat (Asdie, 2010).

Gejala / Keluhan Tekanan Darah Tinggi
Sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak mengalami gejala spesifik yang menunjukkan peningkatan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2006). Jika hipertensinya berat dan tidak segera diobati, maka timbul gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur dan penurunan kesadaran (Ruhyanuddin, 2006).
 
Komplikasi Tekanan Darah Tinggi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat dari semakin lamanya tekanan yang berlebihan pada dinding arteri antara lain pada organ-organ vital seperti:
Sistem Kardiovaskuler
a. Arteriosklerosis
Kata arteriosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengerasan arteri (Sheps, 2002). Tingginya tekanan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan pembuluh darah menjadi tebal dan kaku (Sheps, 2002). Pada penderita hipertensi hal ini akan berlangsung lama sehingga terjadi pengerasan pembuluh darah atau arteriosklerosis (Asdie, 2002).
 
b. Aterosklerosis
Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti bubur (Sheps, 2002). Arterosklerosis merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah (Sheps, 2002). Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri (Sheps, 2002). Hal ini dapat terjadi karena pada penderita tekanan darah tinggi volume dan tekanan darah meningkat. Meningkatnya volume dan tekanan darah akan membanyak lemak dan kolestrol yang melekat pada dinding pembuluh darah (Muhummadun, 2010). Pada penderita hipertensi hal ini akan berlangsung lama sehingga menimbulkan timbunan lemak di dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis (Sheps, 2002).

c. Aneurisma
Pada penderita hipertensi kerja pompa jantung dan tekanan pada pembuluh darah meningkat (Sheps, 2002). Meningkatnya kerja jantung dan pembuluh darah mengakibatkan pembuluh darah menjadi tidak elastis (Sheps, 2002). Pada pembuluh darah yang tidak elastis akan ditemukan titik-titik tertentu pada dinding yang menggelembung, dan titik-titik tersebut akan mudah robek ataupun bocor. Hal seperti ini disebut dengan aneurisma (Sheps, 2002).
 
d. Gagal jantung
Menurut Suryadipraja (1999), pada penderita hipertensi, volume dan tekanan darah meningkat sehingga kerja otot-otot jantung semakin berat (Sheps, 2002). Jantung berusaha menormalkan beban pada sel otot jantung Hal ini merupakan suatu mekanisme adaptasi jantung sehingga terjadi hiperteropi otot-otot jantung. Hiperteropi otot-otot jantung yang cukup luas akan menyebabkan takikardia, pengisian ventrikel memanjang dan kekuatan kontraksi ventrikel berkurang, curah jantung yang rendah dan penumpukan cairan atau edema (Sheps, 2002).
 
e. Otak
1. Stroke Iskemik
Menurut Sheps (2002), tekanan darah tinggi juga bisa mengakibatkan aterosklerosis yaitu penumpukan lemak (plak) di dinding pembuluh darah seperti yang dijelaskan sebelumnya. Plak ini membuat permukaan dalam arteri menjadi kasar sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar plak.
Hal ini merangsang terjadinya pembentukan gumpalan darah. Gumpalan darah ini berjalan mengikuti aliran darah dari pembuluh darah yang lebih besar ke yang lebih kecil di dalam otak. Gumpalan tersebut akan tersangkut dalam pembuluh darah yang tidak bisa dilaluinya lagi. Penyumbatan tersebut akan menghambat suplai darah ke sebagian otak dan menyebabkan stroke iskemik (Sheps, 2002).
2. Stroke Hemoragis
Menurut Sheps (2002), tekanan darah tinggi menyebabkan aneurisma yaitu robek atau bocornya pembuluh darah. Jika pembuluh darah robek atau pecah di dalam otak, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah dan mengenai jaringan otak dan sekitarnya. Jaringan-jaringan otak akan rusak karena kekurangan darah dan mengakibatkan terjadinya stroke hemoragis (Sheps, 2002).
 
f. Ginjal
Lesi arteriosklerotik dari arteriole afferent dan efferent dan jumbai kapiler glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling sering pada hipertensi (Asdie, 2000). Keadaan seperti ini akan mengakibatkan turunnya tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubulus (Asdie, 2000). Aliran darah ke nefron juga akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produksi sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Muhummadun, 2000).
 
g. Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata (Sheps, 2002). Arteri-arteri kecil ini akan menebal dan sempit. Pembuluh-pembuluh darah akan membentuk sumbatan yang menekan vena di sekitarnya dan mengganggu aliran darah di dalam vena (Sheps, 2002).
Hipertensi juga menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek. Darah menembus jaringan disekitar retina. Syaraf-syaraf yang membawa sinyal-sinyal dari mata ke otak akan mulai membengkak hingga menyebbakan kebutaan (Sheps, 2002).

 Penatalaksanaan Tekanan Darah Tinggi
Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi.

Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah tinggi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain:
 
a. Diuretik
Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati & Bustami, 2005). Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps, 2002).
 
b. Penghambat Adrenergik
Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat pelepasan rennin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan TD (Setiawati & Bustami, 2005).
 
c. Vasodilator
Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Setiawati & Bustami, 2005). Obat vasodilator mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan merelaksasikan otot-otot polos arteriol (Setiawati & Bustami, 2005).
 
d. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Penghambat ACE mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dan Bustami, 2005).
 
e. Antagonis Kalsium
Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hamper sama dengan vasodilatot. Antagonis kalsium adalah obat antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.

Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh penatalaksanaan non farmakologis antara lain:
 
a. Berhenti Merokok
Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps, 2002).
 
b. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit dan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Minum minuma beralkohol yang berlebihan juga menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium (Sheps, 2010).
 
c. Diet
Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari menjadi 80-100 mmol (4.7 - 5.8 gr) per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg (Joewono, 2003). Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi (Sheps, 2002).
 
d. Olahraga teratur
Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah tinggi juga (Shep, 2002).
 
e. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress
Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2002).
 
f. Cara-cara Lain
Cara lain untuk menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi salah satunya adalah dengan mengkonsumsi tumbuhan-tumbuhan herbal yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa contoh tumbuhan herbal yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi antara lain bunga rosella (hibiscus Sabdariffa Linn), buah mengkudu, kumis kucing, mentimun, bawang putih, pegagan, belimbing daun dan buah alpukat, daun seledri, daun selada air, bawang putih, dan lain-lain (Sheps, 2002).
Salah satu contoh tanaman herbal yang akan saya bicarakan dalam skripsi ini adalah bunga rosella (hibiscus Sabdariffa Linn). Salah satu kandungan bunga rosella yang dikenal khasiatnya sebagai diuretik adalah anthocyanin, gossipetin dan hibicin (Maryani & Kristana, 2008). Seorang ahli farmakognosi di Senegal telah merekomendasikan kelopak bunga rosella untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Mengapa Tekanan Darah Meningkat?
Apa yang menyebabkan tekanan darah bisa meningkat? Sebagai ilustrasi, jika Anda sedang menyiram kebun dengan selang. Jika Anda menekan ujung selang, maka air yang keluar akan semakin kencang. Hal itu karena tekanan air meningkat ketika selang ditekan. Selain itu, jika Anda memperbesar keran air, maka aliran air yang melalui selang akan semakin kencang karena debit air yang meningkat.
Hal yang sama juga terjadi dengan darah Anda. Jika pembuluh darah Anda menyempit, maka tekanan darah di dalam pembuluh darah akan meningkat. Selain itu, jika jumlah darah yang mengalir bertambah, tekanan darah juga akan meningkat.


Mencegah dan Mengatasi Darah Tinggi
Untuk mencegah darah tinggi bagi Anda yang masih memiliki tekanan darah normal ataupun mengatasi darah tinggi bagi Anda yang sudah memiliki tekanan darah tinggi, maka saran praktis berikut ini dapat Anda lakukan:
•    Kurangi konsumsi garam dalam makanan Anda. Jika Anda sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya Anda menghindari makanan yang mengandung garam.
•    Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.
•    Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk pria yang menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diijinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.
•    Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.
•    Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.
•    Jalankan terapi anti stres agar mengurangi stres dan Anda mampu mengendalikan emosi Anda.
•    Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
•    Kendalikan kadar kolesterol Anda.
•    Kendalikan diabetes Anda.
•    Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke dokter jika Anda menerima pengobatan untuk penyakit tertentu, untuk meminta obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.

Agar Anda terhindar dari gangguan tekanan darah ini, konsumsilah sejumlah makanan berikut secara teratur.

1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.

2. Biji bunga matahari
Mungkin Anda lebih mengenalnya dengan sebutan kuaci. Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi,  karena dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan Anda mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.

3. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi. 

4. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.

5. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

6. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.

7. Cokelat pekat (dark chocolate)
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu  menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.

8. Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan jantung.


Sumber:
Artikel Kesehatan

Jurnal USU

Viva News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar