Sabtu, 11 Februari 2012

"With Allah I can, Without Allah I am Nothing.”




Saat doa kita tak terjawab…..
Saat realita kehidupan kita tak selaras dengan harapan…
Saat kita kehilangan orang-orang terkasih……
Saat kita merasa sedih, kecewa, pilu, sepi dan sendiri…

Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, kita akan menemukan beragam nuansa kehidupan, ada senang - ada sedih, ada tawa - ada tangis, ada suka – ada duka. Lalu bagaimana sikap kita ketika kesedihan melanda kita? Putus asa, frustasi, stress dan kawan-kawannya seringkali menjadi pilihan sikap atas apa yang sedang menimpa kita.

Sudah benarkah kita dalam menyikapi semua persoalan hidup ini? Ternyata yang membedakan diantara kita adalah cara menyikapi semuanya. Sebagai muslim, yang mengaku sebagai hamba Allah, yang menyadari sebagai mahluk yang di ciptakan sang Kholik. Yang meyakini Allah sebagai Rabb-Nya, sadarkah kita  bahwa kita penuh kekurangan, penuh keterbatasan, penuh kelemahan dan tak berdaya.

Saat kita melakukan aktivitas dan rutinitas, terkadang kita lupa bahwa atas izin dan kuasa Allah-lah kita bisa bangun dari tidur, membuka mata dan menghirup udara segar di pagi hari, menikmati rizki-Nya dalam sarapan pagi,  Allah juga yang menggerakkan langkah kaki dan  ayunan tangan kita menuju tempat bekerja atau tempat beraktivitas.

“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha,” (QS. Al-Furqaan, 25: 47).

Senjata ampuh bagi seorang muslim agar tetap survive dalam menyikapi hidup dan kehidupannya  adalah tawakal ala Allah.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya,” (QS. Al-Ankabuut, 29: 57-59).

Kebanyakan dari kita sering mengartikan tawakal diidentikkan dengan prilaku pasrah (nrimo keadaan) setelah melakukan sesuatu atau merasa sudah berusaha untuk meraih suatu keinginan. Sedangkan yang saya pahami, tawakal harus kita miliki sesudah ada keinginan(azzam) atau sesudah ada niat, artinya sebelum melakukan sesuatu dalam mencapai keinginan atau mewujudkan niat tadi kita sudah memohon bimbingan-Nya agar kita diberi kemampuan dan kepandaian dalam meraih sesuatu yang kita tuju dan penuh optimisme saat melaksanakan niat tadi.

Dan mohon petunjuk-Nya karena hanya Allah yang maha tahu, yang sedang kita tuju tadi merupakan sesuatu yang baik untuk kita atau bukan, dengan menempatkan positif thinking atau husnudzhon kepada Allah pada setiap hasilnya nanti.

Dengan menempatkan tawakal sebelum bekerja atau berusaha tapi sesudah ada keinginan atau niat, otomatis akan ada rasa syukur yang luar biasa manakala keinginan kita terwujud, karena ada kesadaran yang tinggi bahwa semuanya terwujud berkat Allah. dan akan tetap lapang dada dan legowo, saat kita tak dapat meraihnya. Karena ada keyakinan bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan hambanya bukan keinginannya, dan hanya Allah yang maha tahu yang terbaik untuk kita.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS. Al-Baqarah, 2: 216).

Yang menjadi pertanyaan dan PR besar kita adalah sudah benarkah niat kita? Selaraskah tujuan kita meraih sesuatu dengan hakikat tujuan hidup kita? Sudah maksimalkah usaha kita?. Karena yang menjadi penilaian Allah adalah proses kita dalam meraih sesuatu bukan hasilnya, karena dari seluruh usaha kita, keinginan kita, harapan dan cita-cita kita, hanya Allah yang memiliki kuasa mutlak dikabulkan atau tidak. Karena Dia-lah yang maha mengetahui kebutuhan kita dan yang terbaik untuk kita.

Dan Allah tidak menjanjikan langit selalu biru, bunga selalu mekar, mentari selalu bersinar disetiap kehidupan, tapi Allah berjanji bahwa  Rahman dan Rahim-Nya akan selalu ada bersama kita dalam keadaan apapun, Allah akan memberi pelangi disetiap badai, senyuman disetiap air mata, hikmah dan berkah di setiap cobaan.

“Saat ku tak paham maksud Rabbku, ku memilih tetap percaya…saat kutertekan dengan kekecewaan dan kesedihan, kumemilih tetap bersyukur…saat rencana hidupku belum selesai, kumemilih bersabar…saat kecukupan materi mengujiku, kumemilih tetap bersabar…apapun yang terjadi saat ini, Tetaplah PERCAYA, BERSYUKUR, BERSERAH DIRI dan BERSABAR..karena Allah sedang merajut kehidupan yang terbaik untuk kita.

La Tahzan InnaAllaha ma’ana. Dan hanya bersama Allah kita bisa. "With Allah I can, Without Allah I am Nothing.”


*Penulis: Lilis Hady Al-Bantani,  ibu yang berprofesi sebagai Guru SDIT  dan Manager  biro perjalanan Haji Plus dan Umroh


Sumber: http://muslimah.eramuslim.com/indexx.php?view=_pernikmuslimah-detail&id=9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar